Budayakan Melek Kelestarian
Lingkungan
Dewasa ini krisis
lingkungan telah menjamur di berbagai wilayah di belahan dunia, termasuk Negara
Indonesia. Bahkan, bukan menjamur saja, krisis lingkungan sudah menjadi
penyakit akut yang tak kalah berbahayanya dari krisis-krisis yang lainnya.
Sebab, masalah lingkungan adalah masalah serius yang berkaitan dengan keberlangsungan
hidup manusia di muka bumi ini yang tak bisa dianggap sepele.
Seringkali kita mendengar
tanggapan dari berbagai orang tentang krisis lingkungan saat ini. Seperti “Ah,
itu sudah biasa terjadi, sudah kodratnya.” Bahkan ada yang beranggapan “Apa
pentingnya mengurusi bumi? Toh kita tak akan selamanya berada di muka bumi
ini.” Menanggapi hal tersebut, sudah selayaknya hal ini tidak dianggap sebagai
hal yang lumrah.
Memang, wacana untuk
menjaga kelestarian lingkungan telah lama digembor-gemborkan. Sejak
ditetapkannya tanggal 5 juni sebagai hari lingkungan hidup sedunia, banyak
pergerakan-pergerakan yang telah dilakukan. Seperti berdirinya Wahana
Lingkungan Hidup (Walhi), organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang
kelestarian lingkungan alam, persatuan pecinta alam Indonesia dan lain
sebagainya.
Tetapi, masalah tak akan
berhenti cukup sampai di situ saja. Lihatlah masalah-masalah kerusakan alam
yang baru-baru ini terjadi. Seperti kebakaran hutan di provinsi Riau,
pembabatan hutan lindung dalam pembangunan waduk Jati Gede di Kabupaten
Sumedang, banyaknya satwa liar yang masuk ke pemukiman warga akibat kurangnya
hutan, banjir yang terjadi di berbagai wilayah ibu kota negara bahkan kota-kota
besar di Indonesia. Juga jangan lupakan kasus longsor yang terjadi di Kabupaten
Garut. Apa sebenarnya yang salah dalam konteks ini? Bahkan dengan berdirinya
badan-badan tersebut belum mampu mengurangi dampak kerusakan lingkungan.
Jika kita lihat bersama,
ada dua kepentingan yang berbeda dalam pemanfaatan lingkungan alam saat ini.
Pertama, lingkungan alam ‘dikorbankan’ demi sebuah investasi yang menjanjikan
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pendapatan negara,
dan sebagai lahan terbukanya lapangan kerja baru untuk masyarakat. Seperti
kasus pembangunan Waduk Jati Gede di Kabupaten Sumedang dan pembangunan fasilitas pariwisata di kawasan Bedugul,
Batukaru dan sejumlah bukit di Karangasem. Namun di sisi lain, lingkungan alam menjadi
tempat daya serap dalam mencegah banjir, habitat bagi satwa-satwa, serta
menjadi lahan pertanian bagi masyarakat.
Terlihat jelas bahwa dua kepentingan di atas saling bertolak belakang
dan hingga saat ini belum ditemukan solusi untuk mensinergikan keduanya. Terlebih
saat ini, kebijakan adanya otonomi daerah sangat berpengaruh pada
keputusan-keputusan yang diambil dalam mengelola lingkungan. Sulitnya
mengontrol kebijakan daerah yang diakibatkan badan-badan eksekutif yang
melakukan penyelewengan dalam menduduki jabatannya. Bahkan lembaga yang
seharusnya mengontrol setiap kebijakan-kebijakan otonomi daerah juga ikut
menyetujui proyek-proyek yang dapat merusak lingkungan.
Pemerintah dan masyarakat harus bijak dalam mengambil keputusan untuk
menanggulangi masalah-masalah lingkungan alam yang marak terjadi saat ini.
Budaya melek terhadap kelestarian lingkungan sudah sepatutnya digalakkan. Tak
hanya itu, perlu adanya tindakan nyata dalam penggalakan kelestarian
lingkungan. Seperti mengampanyekan reboisasi dan penanaman pohon di
daerah-daerah gundul dan juga gersang.
Peran aktif pemerintah dalam mengontrol setiap kebijakan juga perlu
ditingkatkan. Jangan sampai kecolongan seperti kasus-kasus yang sudah terjadi.
Pemerintah dan masyarakat perlu bersatu dalam menciptakan kelestarian
lingkungan. Masyarakat perlu mengambil langkah-langkah positif yang bijak saat
terjadi kerusakan lingkungan di daerahnya. Begitu juga dengan pihak-pihak
swasta yang diharapkan bijak dalam membangun, mempertimbangkan dampak
lingkungan yang akan terjadi.Dengan demikian, kita sebagai manusia dapat menyadari bahwa penting
untuk menjaga kelestarian lingkungan. Menyadari bahwa lingkungan alam adalah
anugerah Tuhan yang patut untuk dijaga dan juga dilestarikan.
Labels:
Opini
Thanks for reading Budayakan Melek Kelestarian Lingkungan . Please share...!
0 Comment for "Budayakan Melek Kelestarian Lingkungan "