Petuah Tenun Songket Melayu Riau
”Bertuah orang berkain songket
Coraknya banyak bukan kepalang
Petuahnya banyak bukan sedikit
Hidup mati di pegang orang”
”Kain songket tenun melayu
Mengandung makna serta ibarat
Hidup rukun berbilang suku
Seberang kerja boleh di buat”
”Bila memakai songket bergelas
Di dalamnya ada tunjuk dan ajar
Bila berteman tulus dan ikhlas
Kemana pergi tak akan terlantar”
Bait tiap bait syair ini membuat siapapun yang
mendengarnya akan berdecak kagum. Tenun Songket Melayu. Filosofinya begitu
dalam. Tiap ukiran-ukiran yang ditenun mempunyai maknanya tersendiri. Motif
pada kain songket tersebut tak akan pernah melambangkan sesuatu yang bernyawa, layaknya
binatang ataupun manusia. Hal ini dikarenakan melayu berasal dari agama islam.
Mengapa demikian?
Alkisah terdapat sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Melaya yang merupakan kerajaan
Melayu yang terkenal pada zaman itu. Kerajaan Melaya memiliki raja yang
beragama Islam. Maka segala adat istiadat Melayu itu syahlah menurut syarak dan
syariat Islam (Tengku Tonel, 1920). Maka adat istiadat yang tidak bersendikan
syarak atau syariat Islam tidak dibenarkan berlaku di negeri Melayu. Sehingga
dikenal dengan ungkapan orang Melayu beragama Islam, beradat istiadat Melayu
dan berbahasa Melayu. Begitulah petuah sang Guru yang mengajarkan kami
apa itu kebudayaan adat istiadat dan dari mana budaya kami berasal.
Beberapa tahun silam, saat masih duduk di
bangku Sekolah Menengah Atas, Sang Guru menceritakan segelintir sejarah
lahirnya kebudayaan tenun songket ini dengan hikmat kepada kami. Dengan wajah
teduhnya, Beliau menuturkan bahwa Songket berasal dari kata “Sungkit” yang
artinya “mencungkil” yang juga memerlukan proses “mengait”. Kedua kata tersebut
digunakan dalam teknik menenun songket.
Dalam perbincangan yang hangat itu, Beliau
menceritakan bahwa Tenun songket melayu berasal dari Kabupaten Siak, Riau, yang
dulunya merupakan pusat kerajaan melayu Riau bernama Kerajaan Siak Sri
Indrapura. Kerajaan Siak Sri Indrapura merupakan salah satu Kerajaan Islam yang
berkembang di salah satu pulau terbesar di Indonesia, Sumatera.
“Pada zaman Kerajaan Siak Sri Indrapura, Tenun Siak hanya boleh dipakai oleh anggota
kerajaan beserta keluarganya, sebab Tenun Siak merupakan pakaian yang
melambangkan keagungan serta menunjukkan tingginya status seseorang di lingkungan
kerajaan tersebut, rakyat biasa tak boleh pakai. Kain yang ditenun menggunakan
kain sutra yang pada saat itu sangat mahal, ” ujarnya dalam percakapan pada
siang yang terik itu.
Sang Guru juga menambahkan bahwasannya tenun
songket dapat pula dipakai oleh rakyat biasa. Tetapi, tenunan yang boleh
dipakai rakyat biasa bukan tenunan songket yang dipakai oleh raja, begitu juga
dengan para datuk. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan yaitu terletak pada
warna, motif dan bahan yang digunakan.
Dari segi warna, warna kuning hanya
diperuntukkan kepada raja, sedangkan hitam untuk para datuk. Rakyat biasa boleh
memakai warna apa saja selain warna kuning dan hitam. Dari segi motif, tenunan
songket rakyat biasa yaitu bermotif lejo (kotak-kotak), sedangkan untuk raja
dan datuk bisa menggunakan motif apa saja selain dari motif lejo. Untuk bahan,
tentu saja berbeda antar keluarga kerajaan dengan rakyat biasa. Bahan tenunan
songket keluarga kerajaan yaitu dari kain sutra yang sangat mahal.
![Description: C:\Users\qia\Downloads\4633996775_774dbd1d7a_o.jpg](file:///C:/Users/ONESOL~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/02/clip_image002.jpg)
(Bujang
(kiri) memakai songket sebagai kain sampan yang digunakan hanya mencapai lutut
dan Dara (kanan) memakai songket sebagai kain samping yang menutupi seluruh
bagian kakinya terkecuali telapak kakinya.)
“Seiring berjalannya waktu, kini kain Songket sudah
bisa dibeli dan dipakai oleh siapapun dan biasa digunakan pada acara formal
atau pesta pernikahan bagi masyarakat yang masih kuat memegang Adat Budaya
Melayu Riau,” katanya kembali.
Beliau kemudian memberikan kami sebuah contoh
pemakaian songket. Untuk para Dare (perempuan melayu), dapat memakai songket
sebagai bahan atasan (selempang baju) dan juga bahan untuk bawahan (rok). Dapat
pula dipakai sekaligus dan dapat pula tidak. Untuk Bujang (lelaki melayu) dapat
memakainya untuk kain tambahan untuk celana panjang (seperti memakai sarung
tetapi hanya mencapai lutut) .
Ada pula aturan dalam memakai kain tambahan
tersebut. Apabila seorang pemuda melayu yang belum menikah memakainya, maka ia
dapat memakai kain tambahannya hanya sampai di atas lutut. Namun, jika ia sudah
menikah, ia dapat memakai kain tambahannya sampai menutupi lutut atau dibawah
lutut.
Setelah bercerita cukup panjang, Beliau duduk
sebentar untuk meminum air putih yang telah kami sediakan. Wajahnya berpeluh.
Bagaimana tidak, matahari pada siang hari itu begitu panas. Setelah menunggu
beberapa saat Beliau kembali bercerita.
“Kain tenun songket melayu sendiri merupakan
kain dari hasil kerajinan tangan masyarakat melayu yang dilakukan melalui
proses menenun benang perak atau benang emas dengan ragam corak tenunan
tertentu. Kain songket melayu juga memiliki keunikan pada motif atau coraknya.
Masing-masing motif memiliki nilai estetika yang merupakan pelambangan atas
pemikiran atau pandangan masyarakat melayu,” ujarnya. Kami mengangguk-angguk,
menyatakan bahwa kami mengerti pada apa yang Beliau jelaskan.
Dalam sesi terakhir, Beliau kemudian menceritakan
beberapa motif yang biasa disebut Siku Keluang, Siku Awan, Pucuk Rebung, Bunga
Tanjung, Tampuk Manggis merupakan motif dasar pada kain tenun. Motif lainnya
yaitu Kuntum Bunga, Siku Tunggal, Pucuk Rebung Kaluk Pakis, Pucuk Rebung
Bertali, Pucuk Rebung Bertabur Bunga
Ceremai, Daun Tunggal, Mata Panah, dan Tabir Bintang. Dalam segi harga, mahal
atau tidaknya sangat berpengaruh pada bahan yang digunakan serta bergantung
pada motif. Semakin rumit motif atau coraknya maka semakin mahal harganya. Harga
tenun songket melayu Riau ini berkisar Rp. 100 ribu hingga jutaan rupiah.
Setelah lelah bercerita, Beliau menghembuskan
nafas panjang. Mendengar pemaparan yang diceritakan olehnya, kami menjadi
sangat bangga menjadi masyarakat suku melayu yang memiliki banyak kebudayaan
yang memiliki nilai estetika yang tinggi.
Labels:
Feature
Thanks for reading Petuah Tenun Songket Melayu Riau. Please share...!
0 Comment for "Petuah Tenun Songket Melayu Riau"